BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya
manusia yang hidup didunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak akan
selamanya berjalan mulus atau berhasil sampai ketujuan. Selagi manusia itu
hidup dan bergaul dengan manusia lainnya tidak akan lepas dari masalah, baik
masalah pribadi, sosial dan belajar. Disekolah masalah belajar merupakan
masalah yang paling banyak dihadapi oleh siswa.
Hadirnya masalah
pada seseorang ditentukan oleh berbagai faktor
baik berasal dari luar maupun dari dalam diri.Yang jeles setiap individu
tidak akan terlepas dari masalahnya seperti yang diungkapkan oleh W.S Wingkel
(1978: 45) yaitu: “ Bila kesulitan tertentu berlangsung terus, tidak mendapat
penyelesaiannya terancamlah kebahagiaan hidupnya”.
Untuk mengatasi
masalah tersebut pihak sekolah terutama konselor hendaknya berperan penting
dalam membantu para siswa agar mereka bisa keluar dari kesulitan belajar dan
terlepas dari permasalahannya, serta dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya semaksimal mungkin dan mendapat kebahagiaan hidup .
Sedangkan untuk
mengantisipasi masalah “agar siswa mampu mengatasi masalahnya dia mengenal, menyadari dan memahami potensi
dan kelemahan, kemudian mengarahkan potensinya untuk mengatasi masalah dan
kelemahannya “ (Asmar,2000: 40).
Siswa yang
mempunyai masalah disekolah kurang mampu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dimana dia berada, dapat dilihat tingkah lakunya tidak sesuai dengan
peraturan sekolah, umpamanya sering cabut, sering absen, melawan kepada guru,
selalu mengganggu teman, hal seperti inilah yang mengakibatkan prestasi
belajarnya menurun atau rendah.
Dari sekian banyak
siswa yang bermasalah disekolah tempat penulis bertugas, ada seorang siswa yang
mengalami masalah yang berkaitan dengan prestasi belajar dan ke- disiplinan.Untuk
membantu siswa tersebut penulis mencoba mengangkat permasalahannya dalam Studi
Kasus.
Siswa tersebut
adalah “ MI “ kelas VIII SMP Negeri 1 Hulu Kuantan tahun pelajaran 2007/2008,
dengan harapan “ MI ” dapat terbantu dan berhasil memperoleh nilai yang baik
dan dapat meningkat kan rengkingnya disemester genap nanti pada akhir tahun
pelajaran sesuai dengan potensi yang dimilikinya .
1.2
Identifikasi Masalah
Seperti yang telah diuraikan diatas ditemui
beberapa masalah yang nampak pada “ MI “ antara lain :
a. Melawan
kepada guru
b. Sering
mengganggu teman
c Sering
melanggar peraturan sekolah
d. Sering mengantuk waktu belajar
e. Sering berkelahi di sekolsah dan diluar
sekolah
f. Poin pelanggaran sudah 150 dan hampir
dikeluarkan dari sekolah
1.3 Alasan Pemilihan Kasus
1.3.1
Laporan
dari wali kelas poin pelanggaran “ MI “
sudah mencapai 150 dan sudah membuat surat perjanjian dengan pihak sekolah,
kalau melanggar peraturan yang berakibat patal akan dikeluarkan dari sekolah
1.3.2
Laporan
dari guru bidang studi sering meribut waktu belajar dan melawan kepada guru.
1.4
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini sebagai berikut :
1.4.1
Untuk
mengetahui dan mencari faktor penyebab
dari masalah yang dihadapi “ MI “
1.4.2
Untuk
memahami dan menganalisa
permasalahan “ MI “guna memberikan bantuan memecahkan masalah yang
dihadapinya.
1.5
Tehknik Pengumpulan data
Untuk dapat memahami dan menganalisa
masalah yang dihadapi klien dan untuk mencari jalan pemecahannya , maka dalam
mengumpulkan data penulis menggunakan tehknik sebagai berikut :
1.5.1
Dokumen
Tehknik ini digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang siswa berdasarkan
hasil belajar siswa seperti : Nilai Rapr, Absensi, Buku Kasus, atau catatan wali kelas.
1.5.2
Observasi
Obsevasi digunakan untuk
mengamati secara lansung tentang tingkah laku sosial“MI“
1.5.3
Sosiometri
Sosiometri adalah suatu
tehknik pengumpulan data yang secara khusus berkaitan dengan hubungan sosial
siswa disekolah. Melalui sosiometri akan diketahui sejauh mana tingkat hubungan
“ MI “ dengan teman temannya
1.5.4
Wawancara
Mngadakan wawancara dengan
sumber data seperti wali kelas, guru mata pelajaran dan orang tua “ MI “
1.5.5
Home
visit
Dilaksanakan untuk mengetahui
dan memperoleh data mengenai keadaan “ MI “ di rumah dan keadaan tempat tinggal
“ MI “
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Psikologi yang digunakan
Setiap individu pada dasarnya berharap agar semua kebutuhan
dapat terpenuhi,sebagaimana yang dikatakan oleh Prayitno dalam Erman Amti dan
Marjohan bahwa : “Setiap individu amat mendambakan cinta dan kasih sayang dari
orang lain terutama dari orang –orang terdekat, seperti orang tua, guru, dan
anggota keluarga yang lain dan sebagainya.”
(Erman Amti dan Marjohan. 1991: 24)
Merujuk
pada pendapat diatas bahwa kasih sayang serta dambaan cinta dari seseorang
terdekat dengan MI merupakan bentuk interaksi yang sangat diharapkan terutama
dari kedua orang tuanya agar kepribadiannya berkembang positif.
Menurut Abu
Ahmadi Widodo Supriyono (1980: 20) dalam modelling seorang yang belajar
mengikuti orang lain sebagai model. Melalui metode shaping dan modelling pola
tingkah laku baru dapat dikembangkan. Dengan demikian kesulitan belajar yang
diharapkan siswa secara bertahap dapat dituntaskan.
2.2
Pendekatan Konselig yang digunakan
Berdasarkan
masalah yang dihadapi oleh MI, maka penulis menggunakan pendekatan Direktif
Konseling yang dipelopori oleh EG.Williamson, dengan alasan:
a. MI nampaknya kurang bisa menerima keadaan
dirinya, dan selama diwawancarai konseling MI lebih banyak diam, dan penulis
lebih banyak berbicara
b. MI nampaknya tidak bisa mencari jalan
keluar dari pemecahan masalahnya sendiri dengan demikian konselor merasa
berkewajiban untuk membantu mencari alternatif pemecahan masalah tersebut. Disamping
teknik konseling ini lebih menekankan pada keadaan masa depan serta konselor
harus dapat menempatkan diri didalam diri klien secara psikologis dengan
hubungan yang bersipfat kemanusiaan sehingga dambaan cinta dan kasih sayang
dari orang-orang terdekat dengan klien (MI) dapat teratasi, melamun, acuh tak
acuh dalam belajar,sering mengganggu orang lain, sikap inilah yang harus
dirubah oleh MI agar berhasil dan memperoleh kebahagiaan.
Proses
konseling pada dasarnya dipandang suatu proses belajar (WS Winkle, 1991 : 352)
dengan demikian pendekatan konseling Behavioristik dipandang sebagai pendekatan
yang cocok untuk memberikan perlakuan pada siswa. Menurut WS Winkle (1991 : 352
) pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak
perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu dapat
diubah dengan belajar baru.
Dengan
belajar baru atau belajar kembali (rekarning ) diharapkan permasalahan yang
berkenan dengan kesulitan belajar dihadapi siswa dapat ditekan seminimal
mungkin. Pendekatan konseling yang menekan
kepada belajar kembali ini
akan dikembangkan secara optimal. Sehingga dengan demikian akan memberi
kontribusi dalam meminimalkan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Bila
diasumsikan dalam studi kasus ini mengalami tingkah laku yang salah, maka
menurut WS Winkle (1991: 358 ) tingkah laku yang salah sama- sama hasil
belajar, tingkah laku yang salah itu juga dapat dihapuskan dan diganti dengan
tingkah laku yang tepat melalui proses belajar.
Sesuai dengan
masalah yang dihadapi “MI”, maka teknik pendekatan Konseling Direktif yang
dipelopori oleh Edmund Greetifh Williamson atau disebut juga Konseling
Klinikal. Pendekatan ini beroriantasi kepada personalisme yang mana hubungan
antar konselor dengan klien harus bersifat kemanusiaan. Didalam penyelesaian
kasus ini dipakai konseling direktif adalah karena “MI”, harus disadarkan dalam
proses konseling dan mempengaruhi jalan pikirannya serta arah perkembangan “MI”
sendiri. Masalah yang dihadapi “MI” adalah suatu tekanan dengan lingkungan dan
sifatnya berkembang terutama karena keluarganya tidak utuh lagi. Maka dari itu
“MI”, harus belajar mempergunakan penyelesaian masalah yang beroriantasi pada
kenyataan yang objektif. Sebagaimana yang
dikatakan oleh ( Williamson, 1991:349 ), “ Klien pada umumnya bersifat rasional harus
bisa membuat keputusan untuk dapat menyesuaikan diri dengan masalah yang punya
pengaruh kuat terhadap pembentukan kepribadiannya”. Dalam aliran konseling ini
dikatakan juga bahwa:
1. Setiap individu mempunyai sejumlah
kemampuan dan potensi seperti taraf intelegensi, bakat khusus, taraf kreatifitas
dan keterampilan yang semuanya membentuk pola yang khas bagi individu itu
sendiri.
2. Setiap individu mampu, ingin cenderung
untuk mengenal diri sendiri serta memamfaatkan pemahaman diri itu dengan
berpikir yang baik (Williamson, 1991 : 350 )
Sebagai seorang
konselor harus bisa membantu klien menjadi manusia yang dalam menghindari diri
dari sifat individu yang muncul dalam bentuk merusak.
Dari
keterangan diatas jelaslah bahwa aliran direktif menghendaki adanya kreatifitas
yang sungguh-sungguh dari seorang konselor sesuai dengan apa yang dikatakan
Drs. Rahman Natawijaya sebagai berikut :
a. Banyak klien yang cukup matang untuk
menentukan keputusan-keputusan sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain
b. Meskipun sudah diberi petunjuk mengenai
yang harus dilakukan dalam menjalankan kehidupan, kadang-kadang mereka tidak
mau menerima tanggung jawab untuk membuat keputusan sendiri.
c. Adanya beberapa masalah yang terlalu berat
dimana masalah tersebut teramat berat dirasakannya ( 1987 : 6 ) Sehingga mereka
tidak sanggup menyelesaikan tanpa dibantu orang lain. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tujuan dan pedekatan Direktif ini merupakan pengembangan diri
individu secara optimal dalam kemampuannya, sesuai dengan aliran Direktif, maka
penulis berusaha menerapkannya dalam membantu “MI” untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya, klien masih dalam kebingungan dan selalu tertutup dan belum
tahu bagaimana jalan keluarnya dari masalah yang dihadapinya. Untuk itu perlu
adanya pengarahan yang lebih banyak dari konselor.
BAB III
PROSES BANTUAN
3.1
Analisa
Dalam langkah ini
konslor berusaha mengumpulkan data tentang klien dari berbagai sumber seperti
yang telah dimuat dalam pengumpulan data, data tersebut meliputi :
3.1.1 Identitas siswa
Nama : M I
Tempat/Tgl.lahir : Lubuk Ambacang, 20 Juni 1993
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan
3.1.2 Identitas orang tua
Nama
ayah :
D W
Pekerjaan :
Tani
A l a m a t : Sungai Alah Kecamatan Hulu Kuantan
Nama ibu : A S
Pekerjaan : Tani
A l a m a t : Lubuk
Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan
3.1.3 Latar Belakang Keluarga
Dari data
yang telah dihimpun ternyata “ MI ” adalah anak laki- laki
satu-satunya dari tiga bersaudara.
” MI ” adalah pasangan ‘’DW” dan “AS” yang memiliki latar belakang
pendidikan keduanya tamat Sekolah Dasar
dan kawin dalam usia yang terlalu muda.
Ayah dan ibunya sudah bercerai
dua tahun yang lalu.’’ MI ’’ terlahir dari keluarga yang kurang mampu, ’’ MI
’’tidak mempunyai rumah yang layak huni,
jangankan ruang belajar yang tersedia kamar untuk tidurpun tidak punya.
Karena orang tuanya berpisah terpaksa ibunya banting tulang untuk mencari
nafkah demi terpenuhi kebutuhan keluarganya, kegiatan MI pulang sekolah dan
hari libur pergi kekebun orang lain mengambil upah, guna untuk keperluan biaya
sekolahnya.
Dan oleh
sebab itu “ MI “ kurang perhatian dan motifasi dari orang tuanya, sehingga “ MI
“ berkembang tidak seperti siswa lainnya. MI selalu membuat masalah disekolah
3.1.4
Hubungan
Sosial
Berdasarkan keterangan dari orang tuanya MI
berteman dengan orang yang tidak bersekolah dan jarang tidur dirumah
Disekolah
“MI” hanya berteman dengan SI kemana mana selalu berdua, teman perempuannya
banyak yang kurang menyenangi karena ia sering mengganggu teman-temannya. Berdasarkan
laporan dari guru mata pelajaran dan pengamatan lansung dari penulis, juga dari
buku absensi, MI sering bolos belajar, tidak pernah membuat PR, sering melawan
kepada guru.
3.1.5
Keadaan
fisik dan kesehatan
Informasi dari siswa itu sendiri MI sering
sakit kepala dan selalu mengantuk pada waktu jam pelajaran
3.1.6
Psikologi/Kepribadian
MI termasuk anak yang periang, tidak
pemalu, bandel dan suka menganggu teman-temannya
3.2
Sintesa
Untuk
memperoleh gambaran yang lebih luas tentang MI, maka dapat dirangkum data sebagai
berikut :
3.2.1
MI tinggal
bersama ibunya, ayahnya tidak
peduli lagi dengan
MI
karena sudah
berpisah
3.2.2
Pada
kegiatan proses belajar mengajar MI
hanya mendapat kesulitan
pada bidang bahasa Inggris dan
matematika, selainnya nilainya cukup bagus
3.2.3
Dilihat
dari dimana MI banyak sekali yang tidak kundusip antara lain
a. Sarana dan prasarana tidak memadai dirumah
b. Perhatian orang tua terhadap pendidikan
dan kesehatan MI kurang
c. Kebutuhan ekonomi sangat tidak mendukung
d. Lingkungan kurang mendukung terhadap
pendidikan
3.2.4 Disekolah MI selalu mengganggu teman dan
sering melanggar peraturan sekolah
3.3
Diagnosis
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan masalah yang dihadapi “ MI “ adalah :
a. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari
orang tua
b. Tidak memiliki motivasi dan semangat dalam
belajar baik disekolah maupun dirumah
c. Akibat kekurangan diatas MI sering melanggar peraturan sekolah
3.4
Prognosa
Pada langkah
ini penulis mencari alternatif bantuan yang akan diberikan kepada “ MI “,
pihak-pihak yang di ikut sertakan dalam membantu mengatasi masalah yang
dihadapinya adalah :
a. Guru Pembimbing
a. Mengadakan konseling Individu agar MI selalu mematuhi
peraturan Sekolah
b. Menanamkan rasa percaya diri terhadap
dirinya, dan mampu menerima tantangan tentang keadaan orang tuanya yang kurang
perhatian terhadap pendidikannya
c. Memberikan bimbingan tentang penyesuaian
diri dengan teman-temannya
b. Wali kelas dan guru bidang studi
-
Membentuk
kelompok belajar
-
Memberikan
perhatian khusus
c. Orang tua
Melalui home visit menyarankan
kepada orang tua “ MI “ agar tetap lebih memperhatikan dan selalu memberikan
motivasi sehingga akan membantunya agar berpikiran rasional untuk mencapai prestasi
belajar yang lebih baik
3.5
Treatmen
Langkah
pemberian terapi yang penulis gunakan dalam memecahkan masalah yang dihadapi MI
adalah sesuai dengan tehknik konsling yang penulis gunakan, yaitu konsling
keluarga. Adapun langkah-langkah yang penulis gunakan sebagai berikut :
3.5.1 Melalui konseling individual
Melalui
konseling individual, penulis mengajak MI untuk mengarahkannya sesuai dengan
tujuan konseling yaitu:
a. Memahami diri ( Self undertanding)
b. Menerima diri ( Self acceptence )
c. Mengarahkan dirinya ( Self directing )
d.
Merealisasikan
dirinya ( Self Realdization )
Seperti :
1. Memberikan bimbingan kepada MI agar meninggalkan
kebiasaan
buruknya selama ini yang tidak sesuai
dengan peraturan sekolah
2. Memberikan
motivasi belajar kepada MI agar mendapatkan nilai
rapor yang lebih bagus
3.5.2 Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial yaitu bantuan
yang diberikan kepada Klien mengenai hubungan Sosial misalnya :
a. Memberikan bimbingan kepada klien dalam
bergaul menyesuaikan diri dengan teman sebaya baik disekolah maupun diluar
sekolah supaya kesulitan yang dihadapinya terbantu oleh temannya
b. Membantu MI menghilangkan prasanggka buruk
terhadap teman sekelasnya
c. Membantu MI agar mendapatkan tata cara
hidup yang baik dalam kehidupan masa yang akan datang
d. Membantu MI agar menjadi kelompok sosial
yang dapat dijadikan wadah dalam memecahkan masalah yang dialaminya.
3.5.3 Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar yaitu pemberian bantuan kepada
klien tentang kesulitan-kesulitan dan cara belajar yang baik misalnya :
a. Menjelaskan cara-cara belajar yang baik
b. Menjelaskan cara mengatur waktu belajar
c. Menyusun jadwal belajar dirumah
d. Membantu MI menjadi angggota kelompok
belajar
e. Menjelaskan cara-cara bermain dengan teman
sebaya diluar sekolah
3.6
Evaluasi dan follow up
3.6.1 Evaluasi
Evaluasi menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2002 : 221 )
adalah untuk mengetahui apakah treatmen
( tearpi ) yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya apakah ada kemajuan
yang dialami oleh “MI“ dan dapat dibantu keluar dari lingkaran masalahnya, atau
gagal sama sekali. Evaluasi dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut :
a.
Evaluasi proses
1. Laporan studi kasus yang penulis lakukan
telah sesuai dengan langkah dan petunjuk dalam penulisan studi kasus
2. Guru mata pelajaran sudah memberikan
perhatian khusus dan memasukan MI dalam kelompok belajar
3. MI sudah memahami siapa dirinya dan sudah
mematuhi peraturan sekolah
4. Melalui home visit orang tua (Ibu) sudah
mempedulikan MI
b.
Evaluasi Terhadap Hasil Kegiatan
1. MI sudah mengikuti pelajaran dengan baik
2. Tidak pernah absen atau bolos pada waktu
jam pelajaran
3. Buku mata pelajaran sudah mulai dilengkapi
4. MI sudah memahami dirinya
5. Guru mata pelajaran sudah memberikan
perhatian khusus
6. MI sudah mematuhi peraturan disekolah
3.6.2 Follaw Up
Dari rangkaian semua data yang
diperoleh maka masalah yang dihadapi MI adalah “Kurang perhatian dan kasih
sayang dari orang tua“ dan masalah ini
dalam batas kewewenangan konslor, untuk itu diharapkan kerja sama yang baik
dengan pihak-pihak yang dilibatkan dalam membantu MI demi kelancaran
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. MI sudah bisa memahami diri, dan tidak
lagi mengganggu teman dalam belajar, dan MI
selalu dalam pengamatan konselor agar perobahan prilaku tetap terjaga
dengan baik, kepada pihak sekolah dan keluarga konslor menyarankan agar bisa
memahami keadaan MI yang sebenarnya, demi keberhasilan pendidikan MI untuk masa
yang akan datang
KATA PENGANTAR
Syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan lahir dan bathin
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan studi kasus ini. Adapun judulnya adalah :
“ KURANGNYA PERHTIAN DAN KASIH SAYANG
ORANG TUA( MI )
Penulisan
Studi kasus ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih Strata
Satu (S1) pada Jurusan Bimbingan dan Konseling di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau.
Tak
lupa pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih atas segala bimbingan
dan perhatian yang telah bapak dan ibu dosen pembimbing berikan, ucapan terima
kasih teristimewa kepada:
1. Bapak Drs. Isjoni. M,Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau.
2. Bapak Drs. Wan Syafi,i. M.Si selaku
Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
3. Bapak Drs. Sardi Yusuf selaku Ketua
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
4. Bapak Drs. R. Arlizon M.Pd selaku ketua
Program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
5. Bapak Drs. Abu Azhari selaku Sekretaris
Progam Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
6. Drs. Sardi Yusuf selaku Pembimbing 1 yang
telah bersedia dengan ikhlas meluangkan wakti, Tenaga dan pikiriannya, untuk
mengarahkan dan membimbing dalam penyusunan studi kasus ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakukltas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Riau, khususnya pada Dosen Program Studi Bimbingan
dan Konseling
8. Seluruh rekan Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling yang telah banyak membantu dalam mewujudkan studi kasus
ini
9. Bapak Syamsuwir, S.Pd selaku kepala SMP
Negeri 1 Hulu Kuantan, beserta mejlis guru yang telah bersedia membantu
kelancaran proses penyelesaian studi kasus ini
10. Suami yang tercinta dan ananda yang selalu
setia memberikan motivasi
11. Ibunda yang tersayang dan saudara-saudara
yang telah memberikan spirit demi kelancaran pembuatan studi kasus ini
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan partisipasinya tanpa terkecuali
Penulis menyadari bahwa studi kasus ini
masih banyak terdapat kekurangan, maka penulis sangat mengharapkan saran dan
kritikan yang sifatnya membangun yang berguna untuk kesempurnaan penulisan
studi kasus ini. Semoga studi kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya,
atas saran dan kritikannya penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya kepada Allah
jualah kita serahkan segala urusan dan berserah diri Amiiiiin.
Pekanbaru, Juni 2008
Penulis,
ASMAR
MURNI
DAFTAR
PUSTAKA
Dewa Ketut Sukardi ( 1984 ) Pengantar Teori
Konseling, Ghalia Indonesia, Depasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (
1995) Buku I Seri Pemandu Pelaksanaan
Bimbingan
dan Konseling di Sekolah, Jakarta Depdikbud. RI
Corey, G. 1998 Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. PT.
Persero. Bandung
Wisastro, K.P.Dan Suparto, A. H.1986 Diagnosa
Kesulitan Belajar. Erlangga, Jakarta
Djumhur I dan . Surya , M. 1925.
Bimbingan dan penyuluhan di Sekolah, CV. Ilmu.
Bandung
Winkel, W.S . 1978. Bimbingan dan Penyuluhan
disekolah menengah. PT.
Gramedia.
Jakarta
Saam, Z. 1980 Diagnosa kesulitan belajar. Diktat FKIP UNRI Pekanbaru
Post a Comment